Tenaga air merupakan sumber daya terpenting setelah tenaga uap /
panas. Hampir 30% dari seluruh kebutuhan tenaga di dunia dipenuhi oleh
pusat-pusat listrik tenaga air. Berdasarkan perkiraan kasar, jumlah
seluruh potensi air di seluruh dunia jika dimanfaatkan seluruhnya adalah
sebesar 500 GW.
Tenaga air mempunyai beberapa keuntungan yang tidak dapat dipisahkan yang membuatnya makin menarik, seperti berikut :
i) Bahan bakar untuk PLTU adalah batu bara. Berdasarkan
pengertian yang sama, kita dapat mengatakan bahwa bahan bakar untuk PLTA
adalah air. Pada suatu jurnal teknis yang terkenal mengenai tenaga air
(La Houlla Blanche) menamakannya dengan tepat sebagai “Batu bara
putih”. Keunggulan batu bara putih ini adalah tidak habis terpakai sama
sekali ataupun berubah menjadi sesuatu yang lain.
ii) Biaya pengoperasian dan pemeliharaan PLTA sangat rendah
jika dibandingkan dengan PLTU atau PLTN. Pada PLTU di samping
pengeluaran biaya untuk batu bara, perlu diperhitungkan pula biaya
transportasi bahan bakar tersebut.
iii) PLTA cukup sederhana untuk dimengerti dan cukup mudah untuk
dioperasikan. Ketangguhan sistemnya dapat lebih diandalkan dibandingkan
dengan sumber daya lainnya.
iv) Turbin-turbin pada PLTA bisa dioperasikan ataupun dihentikan
pengoperasiannya setiap saat. Hal ini tidak dimungkinkan pada PLTU
maupun PLTN.
v) Peralatan PLTA yang mutakhir, umumnya memiliki peluang yang
besar untuk bisa dioperasikan selama lebih dari 50 tahun. Hal ini
cukup bersaing jika dibandingkan dengan umur efektif dari PLTN yang
sekitar 30 tahun.
vi) Mengingat kemudahannya dalam memikul beban ataupun
melepaskannya kembali, PLTA juga bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit
cadangan yang bisa diandalkan pada sistem kelistrikan terpadu
(interkoneksi) antara PLTU,PLTA dan PLTN.
vii) Dengan teknik perencanaan yang mutakhir, pembangkit listrik
dapat menghasilkan tenaga dengan efisiensi yang sangat tinggi meskipun
fluktuasi beban cukup besar.
viii) Perkembangan mutakhir yang telah dicapai pada
pengembangan turbin air, telah dimungkinkan untuk memanfaatkan jenis
turbin air yang sesuai dengan keadaan setempat.
ix) Pengembangan PLTA dengan memanfaatkan air sungai dapat
menimbulkan juga manfaat lain seperti misalnya pariwisata, perikanan dan
lain lain. Sedangkan jika diperlukan waduk untuk keperluan
pembangkitan, dapat dimanfaatkan pula misalnya sebagai irigasi dan
pengendali banjir.
Adapun kelemahan PLTA diantaranya yang paling menonjol antara lain :
i) Hampir semua PLTA merupakan proyek padat modal. Seperti
layaknya proyek padat modal yang lain, laju pengembalian modal proyek
PLTA adalah rendah.
ii) Masa persiapan suatu proyek PLTA pada umumnya memakan
waktu yang cukup lama. Semenjak proyek berupa gagasan awal sampai saat
pengoperasiannya, seringkali memakan waktu sekitar sepuluh sampai lima
belas tahun. Untuk suatu PLTU masa persiapan pada umumnya lebih singkat.
iii) PLTA sangat tergantung pada aliran sungai secara alamiah.
Sedangkan aliran sungai tersebut sangat bervariasi, sehingga pada
umumnya tenaga andalan atau tenaga mantap akan sangat lebih kecil jika
dibandingkan dengan kapasitas totalnya. Hal ini berarti bahwa potensi
yang ada tidak akan termanfaatkan sepenuhnya, andai kata direncanakan
faktor kapasitas yang tinggi untuk suatu PLTA. Sebaliknya jika PLTA
dirancang dengan faktor kapasitas yang rendah, akan mengakibatkan
sebagian peralatan hanya termanfaatkan selama beberapa waktu saja dalam
satu tahun, sehingga modal yang sangat berharga yang telah ditanam akan
menjadi modal mati.
Pada dasarnya dapat dikemukakan adanya tiga faktor utama dalam
penentuan pemakaian suatu sumber tenaga air bagi pembangkitan tenaga
listrik, yaitu:
a. Jumlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh hujan dan atau salju.
b. Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan, hal mana tergantung dari topografi daerah tersebut, dan
c. Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat-pusat beban atau jaringan transmisi
Sebagaimana diketahui dalam ilmu Fisika, setiap benda yang berada
di atas permukaan bumi mempunyai energi potensial, dengan persamaan
sebagai berikut :
E = m . g . h
di mana : E = Energi potensial
m = massa
g = percepatan gravitasi
h = tinggi relatif terhadap permukaan bumi.
Dari rumus di atas dapat ditulis :
dE = d(m . g . h)
bilamana dE merupakan energi yang dibangkitkan oleh elemen massa dm yang melalui jarak h.
Bilamana didefinisikan Q sebagai debit air menurut rumus berikut :
dengan Q = debit air
dm = elemen massa air
maka dapat ditulis :
= g.Q.h
Dengan memperhitungkan efisiensi sistem dapat ditulis:
P = h . g . Q . h
Di mana P = daya
h = efisiensi sistem
g = percepatan gravitasi
h = tinggi terjun.
Untuk keperluan estimasi pertama secara kasar, dipergunakan rumus sederhana berikut:
P = f . Q . h
Dengan P = daya dalam kW
Q = debit air dalam m3/detik
h = tinggi terjun dalam m
f = suatu faktor antara 0,7 dan 0,8
Di antara data primer yang diperlukan untuk suatu survey dapat disebut :
- Jumlah energi yang secara teoritis dapat diperoleh setahun
dalam kondisi-kondisi tertentu di musim hujan dan musim kering.
- Jumlah daya pada pusat listrik yang akan dipasang, dengan
memperhatikan apakah pusat listrik itu akan dipakai untuk beban dasar
atau beban puncak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar